Sudah 4 bulan ini saya dilanda masalah dan merasa galau, sedih, kecewa... Bila saya menengok kembali kepada kehidupan saya, di setiap awal kehidupan baru saya, selalu ada ujian untuk dilalui. Ketika awal menikah, ayah meninggal dan kini ibu meninggal. Sekarang pun demikian , saya menghadapi ujian yang kali ini tidak hanya bagi saya sendiri tapi juga ujian bagi seluruh keluarga besar almarhum kedua orangtua saya... Bagaimana kami agar bisa menjadi pribadi yang indah, semua akan ditentukan dari bagaimana saya bisa "menjawab soal" dalam ujian ini. Ini yang akan menaik kelaskan saya agar menjadi pribadi yang indah, baik, benar dan mulia. Lalu suatu hari saya dipertemukan dengan pemikiran bapak yang bijaksana, yang pasti kita kenal, Mario Teguh dan seorang penghayat kehidupan, pelayan sesama dan pertapa Gede Prama. Nasehat dan goresan ungkapan mereka mengarahkan hati saya agar tak menuruti emosi negatif dan mengarahkan saya pada perenungan akan makna di balik segala hal yang terjadi pada hidup saya. Berikut ini tulisan Gede Prama yang mengingatkan saya, bahwa semua ini harus saya lalui bila saya ingin menjadi indah dan baik dalam kehidupan ini :
Nyanyian-nyanyian Bambu
Di suatu waktu, bambu di hutan iri dengan nasib baik seruling.
Suaranya dikagumi orang sekaligus mewakili keindahan. Merasakan dalamnya
rasa iri bambu, seruling pun mencoba menjelaskan. “Hai bambu”, demikian
seruling memulai penjelasan. “Dulunya, saya juga bambu seperti kalian.
Sebelum menjadi seruling, kaki saya dipotong golok, badan saya
dihaluskan pisau tajam, yang paling menyakitkan dada saya dilobangi”.
Sejujurnya, demikian juga perjalanan manusia-manusia bercahaya. Tidak
ada diantara mereka yang perjalanannya hanya lurus mulus. Sebagian
nyaris terbunuh (Nelson Mandela), sebagian bahkan benar-benar terbunuh
(Mahatma Gandhi, John Lennon). Tidak adilnya, sejumlah orang mengira
kehidupan mereka tanpa godaan dan cobaan, tiba-tiba sudah mengagumkan di
atas sana.
Inilah yang kemudian dengan mudah membangkitkan rasa iri. Andaikan
banyak orang tahu betapa bahayanya jalan-jalan kehidupan di atas
sana, mungkin sebagian orang akan memilih aman nyaman menjadi
orang biasa. Namun begitulah ciri utama banyak kehidupan, serupa dengan
bahayanya strum listrik, baru percaya setelah pernah kena strum.
Ini yang bisa menjelaskan kenapa nyaris semua anak muda demikian
bersemangat dan bertenaga. Sekolah, kursus, mengikuti aktivitas
organisasi, mencari bea siswa dan segudang kegiatan bertenaga lainnya.
Intinya satu, bila orang bisa kenapa saya tidak. Keyakinan seperti ini
juga yang menyebabkan sejumlah motivator mendorong banyak orang agar
cepat kaya raya. Anthony Robbin sebagai contoh, memberi judul karyanya
dengan Awakening The Giant Within. Membangunkan raksasa yang ada di
dalam diri.
Premis orang di jalan ini jelas sekali. Pertama, tidak ada istilah
tidak bisa. Kedua, kemampuan di dalam sini tidak terbatas. Makanya
disejajarkan dengan raksasa. Ketiga, lebih tinggi kehidupan yang bisa
diraih lebih baik. Dan ternyata, bagi mereka yang sudah menua bijaksana
akan tersenyum penuh pengertian. Dalam kehidupan, ada yang bisa dicapai,
ada yang hanya layak disyukuri. Ada wilayah kehidupan yang bisa digedor
dengan kerja dan usaha. Ada wilayah kehidupan yang hanya menjadi milik
misteri.
Sampai di tingkatan ini, melarang anak muda berusaha keras tentu
bukan pilihan bijaksana. Sebagaimana cemara yang sejuk di gunung, kelapa
yang bertumbuh kokoh di pantai, biarkanlah mereka bertumbuh sesuai
dengan tingkat kedewasaannya. Namun bagi yang sudah menua, disamping
badan sudah berhenti berbau parfum, digantikan oleh bau minyak kayu
putih, mungkin ada gunanya mendengarkan nyanyian-nyanyian bambu.
Coba perhatikan bambu dalam-dalam. Ia kuat dan kokoh tanpa pernah
bisa dicabut angin. Dan alasan utama kenapa bambu kuat karena berakar
kuat ke dalam. Ini berbeda dengan sebagian manusia yang hidupnya lemah
dan keropos, terutama karena berakar ke luar (pangkat, kekayaan). Ini
memberi inspirasi, belajarlah bertumbuh dengan berakar ke dalam. Ke
dalam persahabatan dan rasa syukur atas berkah kehidupan.
Kedua, bambu senantiasa segar di segala musim. Ini berbeda dengan
kebanyakan manusia yang hanya segar bila punya uang, naik pangkat,
dipuji. Dan karena tidak ada kehidupan yang selalu kaya dan bahagia,
maka layak direnungkan untuk belajar indah di setiap langkah. Kaya indah
karena banyak yang bisa dibantu dengan kekayaan. Miskin juga indah,
karena melalui kemiskinan manusia tidak perlu takut kehilangan. Naik
pangkat indah karena penuh pujian. Pensiun juga indah. Berlimpah waktu
yang tersedia untuk diamalkan.
Nyanyian bambu yang ketiga, setelah tinggi bambu merunduk rendah
hati. Siapa saja yang setelah tinggi kemudian tinggi hati, ia sedang
menabung untuk keruntuhannya di kemudian hari. Dan puncak cerita bambu,
ketika bambu dibelah di dalamnya kosong.
Bila boleh jujur, kenapa banyak kehidupan mudah stres, marah,
tersinggung, karena di dalamnya penuh berisi. Dari harga diri, kekayaan,
sampai status sosial. Sehingga begitu ada orang yang berperilaku
berbeda dari yang diharapkan, godaan untuk marah mudah muncul. Dan bambu
mengajarkan, semua yang hebat-hebat yang membuat manusia mudah marah,
suatu hari akan berakhir dengan kekosongan.
Uniknya kekosongan, begitu ia muncul secara alamiah akan membawa
pelayanan di belakangnya. Ia sesederhana air yang membawa basah, api
yang membawa panas. Persis seperti bambu, di dalamnya memang kosong
tetapi terus menerus melayani kehidupan dengan berbagi kesegaran di
segala musim.
Kutipan nasehat lainnya :
Kutipan nasehat lainnya :
”Sadari saja ketika emosi negatif muncul, tidak usah bereaksi”, begitu
nasehat seorang guru meditasi. Begitu emosi negatif diterangi kesadaran
bahwa kita semua ingin bahagia tidak mau menderita, ia memunculkan rasa lapar
untuk menyayangi. Terutama karena kasih sayanglah yang membuat manusia
berbahagia. Ada
yang mengeluh bahwa kemarahan tidak menghilang kendati sudah berdoa. Ini tentu
bisa dimaklumi, karena manusia sudah lama sekali dalam kegelapan. Sehingga
diperlukan praktek kesadaran yang kuat dan kokoh sekali agar semua
kegelapan menghilang. Ia bisa selesai sepuluh tahun, dua
puluh tahun atau malah lebih. Bukan lamanya yang penting, namun sudah masuk ke
dalam arus kesadaran, itu pun sudah layak disyukuri.
Perhatikan apa yang ditulis Ezra Bayda dalam At Home In The Muddy Water: “May we exist like a lotus. At home in the muddy water. Thus we bow to life as it is”. Guru-guru dengan latihan mendalam juga mengalami naik-turun (sehat-sakit, dipuji-dicaci dst), namun apa pun yang terjadi dalam kehidupan tidak tersentuh. Persis seperti bunga Padma. Di air tapi tidak basah, di lumpur namun tidak kotor. Sebaliknya malah bertumbuh dan mekar di lumpur. Ini yang membuat mereka bisa membungkuk hormat kepada kehidupan apa adanya.
Perhatikan apa yang ditulis Ezra Bayda dalam At Home In The Muddy Water: “May we exist like a lotus. At home in the muddy water. Thus we bow to life as it is”. Guru-guru dengan latihan mendalam juga mengalami naik-turun (sehat-sakit, dipuji-dicaci dst), namun apa pun yang terjadi dalam kehidupan tidak tersentuh. Persis seperti bunga Padma. Di air tapi tidak basah, di lumpur namun tidak kotor. Sebaliknya malah bertumbuh dan mekar di lumpur. Ini yang membuat mereka bisa membungkuk hormat kepada kehidupan apa adanya.
Kebahagiaan memang menawan, tetapi ia tidak
mengajarkan apa-apa. Kesedihan memang menakutkan, tetap teramat banyak manusia
yang bercahaya hidupnya karena melewati segunung kesedihan.
Mario Teguh :
Mario Teguh :
Pak Mario, kapan semua masalah saya ini selesai? Adik saya
yang baik hatinya, Ijinkanlah saya mengingatkan dengan yang telah saya
sampaikan sebelumnya ... "Rencana Tuhan selalu berakhir dengan
kebaikan." Mohon Anda mengulanginya bersama saya: "Rencana Tuhan
selalu berakhir dengan kebaikan." Sehingga, Jika yang sedang Anda alami sekarang belum baik, berarti itu bukan akhir.
Jika keadaan Anda sekarang masih sulit, menggalaukan, dan penuh sakit hati,
berarti itu belum selesai. Bertahanlah. Teruslah berupaya. "Rencana Tuhan
selalu berakhir dengan kebaikan." Mario Teguh
Terima kasih Pak Gede.... Terima kasih Pak Mario....