Jumat, 04 November 2011

Air Terjun Tirtosari Sarangan

Selendang bidadari yang tersembunyi di balik perbukitan

Puas berkeliling telaga, jepret sana jepret sini, mejeng-mejeng dikit di tepiannya. Akhirnya saya kembali ke penginapan untuk mandi ( sebenernya sih malu karena papasan dengan ibu-ibu yang sudah wangi dan cantik, karena saya belum mandi he…he….he… ) habisnya pagi tadi gak berani mandi…. Airnya itu lhooo dingiiiin… banget buat kulit orang Nganjuk kayak saya yang terbiasa dengan udara hangat.

Agak siang sedikit saya putuskan menuntaskan rasa penasaran saya akan papan penunjuk jalan ke air terjun Tertosari Ngadiloyo di ujung barat daya telaga Sarangan, wah…. Naluri saya bilang pasti dia cukup menarik buat dikunjungi. Saya kompori teman menginap saya agar mau ke air terjun itu meski kata bapak penjaga loket, lokasinya jauh dan jalannya agak sulit ( sekitar 45 menit perjalanan ), hal itu justru membuat saya makin penasaran. Akhirnya setelah menimbang waktu dan fisik kami putuskan untuk datang ke air terjun itu, biar hemat energi dari pintu masuk retribusi ke tepi desa terdekat dengan air terjun kami putuskan naik bang Jack eh..ojek maksudnya, taripnya 10 ribu nganter thok, pulangnya gampang kata bang ojeknya karena di sana juga banyak ojek atau kuda. Selain ojek sebenarnya ada juga kuda tapi karena teman saya takut naik kuda maka kami naik ojek ajah…

Sampai di desa menuju air terjun kami celingukan sambil mencari-cari mana air terjunnya? Apa kita nyasar ya? Sebelum lanjut kami harus bayar retribusi Rp 2000/ orang. Ealahhhh… ternyata kami masih harus jalan kaki membelah areal kebun sayur sambil tengak tengok macam orang udik baru ke kota. Lalu ada bapak-bapak mengejar kami, sambil ngos-ngosan si bapak tanya ke kami : mau ke air terjun to? Monggo saya antarkan, sebagai uang lelahnya ya seikhlasnya saja, gitu katanya. Ya sudah daripada kesasar kami manut saja, itung-itung buat teman di perjalanan karena kami berdua cewek semua.

Si bapak memandu kami sambil cerita kalau air terjunnya bagus, cuma jalannya agak jauh dan “sedikit” nanjak-nanjak katanya. Ah gak masalah pikir kami karena kami kan masih muda nanjak dikit masih okelah…. ( aih sombongnya….), setelah naik turun dan berbelok-belok kira-kira setelah 4 belokan melewati kebun sayur yang menghijau kami menyeberangi jembatan beton dan tiba di pos kecil, di sini kami bayar retribusi Rp 1000/orang. Jujur sebenarnya kami sudah capek berjalan, kaki rasanya panas dan mulai nyut-nyutan tapi kami tidak mau menyerah, kata si bapak tinggal separuh perjalanan kok, rugi juga kan kalau gak diteruskan.

Dan kami pun terus berjalan…. Bagaikan putri pelarian dari kerajaan gak jelas mencari persembunyian, aduuuhhh mana sih kok gak sampai-sampai? Kata bapaknya tinggal sedikit lagi cuma jalannya menanjak terus, ha…? Menanjak? Ya ampyuuunn kaki udah pegel kok masih suruh nanjak, ya udah deh gak pa pa, daripada rugi wong udah niat kok.
Ya Alloh Gusti…. Ternyata nanjaknya di jalan setapak berbatu itu begitu dahsyatnya buat saya ( padahal saya ini tukang fitnes, renang and so on…. Weleh-weleh pamernya :D ). Sampe mau putus rasanya napas, teman saya malah sambil didorong sama bapak pemandunya karena gak kuat nanjak macam truk kelebihan muatan.

Kami sempat 2 kali berhenti ambil napas di ujung 2 tanjakan terberat, saya sempat kagum dengan ibu-ibu paro baya yang sanggup bolak-balik sambil menggendong sekeranjang minuman botol. Hebat…! Andaikan saya gak harus konsentrasi ke jalan di depan saya, pasti sudah saya jeprat-jepret tuh jalannya, byuh..byuh… meleng dikit aja bisa glundung ampe ke titik start lagi. Setelah nanjak terus , belok tajam, belok lagi  nanjaknya masih terus ini ceritanya, kami melihat dari kejauhan air terjunnya kelihatan putih bagaikan selendang bidadari. Alhamdulillah kata saya….sudah dekat, eh ternyata belum masih ada beberapa tanjakan yang harus ditaklukkan. Baiklah… melihat air terjun itu dari kejauhan memompa semangat kami, di perjalanan kami juga berpapasan dengan rombongan kecil yang mau turun, sepertinya hari ini tidak terlalu banyak orang yang datang ke sini.

Akhirnya sampailah kami di tujuan : Air terjun Tertosari Ngadiloyo, wah…wah…. Indahnya! Gak rugi kita ke sini ! Teriak kami. Paradiso Trans7 harus meliput kesini!. Setelah cuci kaki dan muka ajaibnya seluruh penat di badan rasanya menguap hilang. Wiihhhh airnya dingin sueger, andaikan saya gak pas “dapet” saya pasti mandi di kolam di bawah guyuran airnya. Wong dalamnya juga cuma sedengkul. Habis itu mejeng-mejeng narsis memamerkan perjuangan kami. Ini dia beberapa foto-fotonya….!


Pemandangan menuju air terjun begitu indah.... bikin lupa sama kaki yang cenath-cenuth




Ngaso dulu ahhh.....Sambil mejeng bentar....


Ini baru separo jalan buuu.......!? Monggooo di lanjut....


Hutannya masih lumayan hijau.....


Nah itu lhooo... air terjunnya udah kelihatan...
kuecil banget karena masih agak jauh.
Masih ada "perjuangan berat" yang harus dilewati untuk mencapainya....


Alhamdulillah ya...... udah nyampek.....




Kolam tepat di bawah air terjun


Airnya....... sueger lhoo.....


Aneh tapi nyata! Waktu yang kami butuhkan untuk pulang ternyata hanya kurang dari separuh perjalanan kami pergi ke air terjun. Berangkatnya 1 jam-an, pulangnya cuma 20 menit-an, andaikan kami tidak khawatir ke siangan sampai ke hotel , mungkin kami tidak akan naik ojek tapi lenggang kangkung ajah.....
Jadi rincian biaya kami ke air terjun Tirtosari kira-kira :
1. Tiket masuk Rp 7.500/ org
2. Ojek Rp 10.000/org
3. Retribusi pertama Rp 2.000/org
4. Retribusi kedua Rp 1.000/org
5. Pemandu Rp 20.000 kami bagi dua
6. Jasa foto langsung jadi ada yang Rp 12.000 dan Rp 10.000 / lembar
( yang ini sebenarnya gak perlu kalo bawa kamera sendiri, cuma kami gak enak sama ibu tukang fotonya karena udah ngikutin kami sejak dari bawah, jadi minta difoto dan cetak langsung dikit-dikit).
7. Ojek pulang sampe depan hotel Rp 15.000/org.

See you in the next trip yah.... Maunya sih ke Bromo githu.... Moga aja kesampaian. Aamiiinnn....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar