Rabu, 10 Oktober 2012

SADARILAH WAHAI PARA WANITA ! ( Part II )


Menjelang 1 tahun peringatan wafatnya teman kami tercinta Dewi Fajar Suryani

Kemarin, kuteteskan kembali airmataku di iringi lantunan ayat-ayat Al Qur’an di hadapan Sang Maha memiliki segalanya. Tiga tahun telah berlalu sejak dokter mendiagnosa ada banyak tumor dan kista di kedua payudaraku. Sedih, tak terkira rasa hatiku, ada begitu banyak perasaan campur aduk di dalam anganku. Ternyata setelah 2 kali operasi tumor di kedua payudaraku tak menjamin bahwa aku bebas dari cengkeraman tumor dan kista ini. Dulu aku protes pada Tuhan, kenapa semua ini terjadi padaku? Begitu besarnya kah dosaku atau karena begitu sayangnya kah Engkau padaku? Dan yang paling membuatku sedih adalah menggambarkan bagaimana rasa hati suamiku, sepanjang hidupnya berumah tangga bersamaku rasanya tak pernah ia bisa menggunakan materi yang di dapatnya untuk mewujudkan impiannya sendiri. Hampir semuanya habis untuk membantuku mengupayakan kesembuhanku. Bahkan aku makin sedih ketika melihat anakku, Ya Allah tolong bantu kami menjaga dia, beri kami rezeki dan kemampuan agar dia dapat sekolah dan hidup layak seperti anak-anak lainnya, meski uang yang dipunya orangtuanya tak bisa sepenuhnya untuk mengasuhnya.

Namun seiring waktu kini aku mulai bisa menerima kenyataan ini, aku mencoba positif thinking pada Allah, segala dera masalah dan penyakit yang kualami semua telah ditakar sesuai dengan kemampuanku. Bila aku punya penyakit dan masalah “aneh-aneh” dari sejak mula berumah tangga hingga kini 13 tahun mengarungi biduk rumah tangga, mungkin Allah ingin agar aku mengoptimalkan potensi di dalam diriku, bahwa sebenarnya aku bisa lebih bijaksana, lebih kuat, sabar dan tabah menjalani hidupku. Ada kekuatan besar dalam diriku yang belum termunculkan yang ingin diasah oleh Allah agar aku menjadi pribadi yang kuat dan cemerlang bagai berlian. Mungkin aku adalah seruas bambu yang harus dipisahkan dari rumpunnya, harus dipotong kaki-kakinya dan dilubangi dadanya agar menjadi serunai yang bersuara merdu

 

Bila menengok kembali ke masa lalu ku, ibarat anak burung di usia belia aku sudah harus terbang meninggalkan sarang menaklukkan kerasnya kehidupan membentuk rumah tangga baru bersama suamiku dan anakku yang masih bayi,bertiga kami menyewa dan tinggal di belakang rumah orang yang dibuat untuk kamar kontrakan, di tengah lautan kehidupan yang penuh gelombang masalah aku harus mengalami sakit dan harus operasi tumor payudara yang pertama, berdua suamiku dengan kondisi ekonomi pas-pasan dan tanpa dukungan dari orangtua kami berjuang bersama. Selesai sampai di situ? Tidak. Ketika hidup sedikit lebih baik aku kembali harus operasi tumor di payudara untuk kedua kalinya. Duh Gusti.... di perantauan kami berjuang, dengan ridhoMu lah akhirnya kami bisa melewati segala pahit manis kehidupan ini.

Setelah operasi yang kedua kalinya ini, aku merasa sehat-sehat saja dan tak pernah menyangka ternyata tumor dan kista ini masih tetap “menyayangiku” hingga ia tak jua mau pergi dariku sampai saat ini. Belajar dari pengalaman masa lalu karena tindakan operasi yang tak tuntas, aku memutuskan untuk menjalani USG dulu untuk memastikan berapa banyak benjolannya agar bila harus operasi lagi bisa diangkat tuntas semua tumor dan kista ini. Aku memilih konsultasi di Rumah Sakit Onkologi Surabaya di Perumahan Araya Galaksi Bumi Permai Surabaya. Hasilnya ada sekitar tujuh tumor dan kista di kedua payudaraku, bibirku tersenyum ketika dokter memberitahukan hasilnya tapi mataku tak bisa berdusta, aku sedih tentu saja. Dokter memintaku untuk bersabar, semua ini ujian dari Tuhan dan menyarankan aku agar operasi meski tak harus buru-buru, di sini bisa kata dokternya, berapa biayanya? 12 juta 200 ribu tanpa menginap, aku maklum karena ini rumah sakit swasta dan spesialis. 

Ya Allah…. Aku pilih menundanya sampai batas waktu yang tak kutahu pasti kapan. Uang segitu amat besar buatku yang hanya pegawai negeri rendahan, dan aku tak mau merepotkan ibuku dan membuatnya sedih, ku bilang pada dokternya aku belum siap mental dan materi kalau harus operasi lagi, lalu dokter menyarankan aku kembali 1 tahun lagi untuk memantau perkembangannya. Begitu seterusnya hingga terakhir kali kedatanganku aku harus datang 6 bulan lagi. Setelah itu kulanjutkan lagi hidupku dan kucoba melupakan kegalauanku, aku tersenyum, aku tertawa dan bernyanyi menjalani hari-hariku, setiap teman yang bertanya bagaimana dengan sakitku? Ku jawab aku baik-baik saja, tidak ada masalah meski dalam hatiku was-was dan gelisah.

Kini 3 tahun sudah aku menundanya, namun kesiapan materi tak jua kunjung ku capai, begitu banyak hal dalam hidupku yang menguras tabunganku, masalah demi masalah menghampiri. Yah… hidup itu sendiri juga sudah masalah, jadi ya… jangan hidup kalau nggak mau punya masalah begitu kata orang. Hingga kini doaku senantiasa agar Allah memberikanku kesempatan untuk berikhtiar bagi kesembuhanku dari segala penyakit ini, sebelum semua menjadi semakin buruk dan terlambat, semoga Allah berkenan memberi kemudahan dan kelancaran bila aku harus bertaruh nyawa di meja operasi lagi, semoga keluargaku dan orang-orang yang kusayangi tabah dan sabar mendampingiku, dan mereka memaafkanku karena telah merepotkan mereka di sepanjang masa kecil hingga dewasaku.

Yang membuatku bangkit dan bersemangat kembali mengupayakan kesembuhanku adalah karena akhir-akhir ini sudah 2 kali aku bermimpi didatangi Mbak Dewi teman terkasihku yang telah mendahului kami semua menghadap sang pencipta, ia datang dan berterima kasih padaku, aku tak tahu apa maksudnya, tapi bagiku ia seolah mengingatkanku bahwa aku harus segera bertindak sebelum semua terlambat dan sia-sia. Karena dia adalah salah satu korban keganasan dari kanker payudara yang tak mendapat tindakan yang selayaknya bagi penyakit mematikan itu dan tidak segera ditangani secara medis karena lebih memilih pengobatan alternatif. Lalu ketika kulihat anak semata wayang ku, aku benar-benar seperti mendapat dorongan yang kuat untuk sembuh, agar aku bisa mendampinginya hingga dewasa, dan mendidiknya. Agar aku bisa memberi kasih sayang kepadanya sebesar-besarnya dan kami punya banyak hal indah untuk dikenang bersama-sama.

Begitu dahsyatnya dampak fisik, psikologis dan materi dari penyakit kanker ini bagi kehidupan seorang manusia, khususnya kanker payudara maka rasanya wajib hukumnya bagi wanita untuk SADARI ( memerikSA payuDAra sendiRI) sehingga bila terasa ada keanehan pada payudaranya bisa segera diketahui.
Semoga engkau bahagia di sana ya mbak, semoga Allah menempatkanmu di tempat yang mulia disisiNya. Aamiin… Aamiin... Ya Robbal alaamiin… We'll always love you…..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar