Menjelang
1 tahun peringatan wafatnya teman kami tercinta Dewi Fajar Suryani
Kemarin,
kuteteskan kembali airmataku di iringi lantunan ayat-ayat Al Qur’an di hadapan
Sang Maha memiliki segalanya. Tiga tahun telah berlalu sejak dokter mendiagnosa
ada banyak tumor dan kista di kedua payudaraku. Sedih, tak terkira rasa hatiku,
ada begitu banyak perasaan campur aduk di dalam anganku. Ternyata setelah 2
kali operasi tumor di kedua payudaraku tak menjamin bahwa aku bebas dari
cengkeraman tumor dan kista ini. Dulu aku protes pada Tuhan, kenapa semua ini
terjadi padaku? Begitu besarnya kah dosaku atau karena begitu sayangnya kah
Engkau padaku? Dan yang paling membuatku sedih adalah menggambarkan bagaimana
rasa hati suamiku, sepanjang hidupnya berumah tangga bersamaku rasanya tak
pernah ia bisa menggunakan materi yang di dapatnya untuk mewujudkan impiannya
sendiri. Hampir semuanya habis untuk membantuku mengupayakan kesembuhanku.
Bahkan aku makin sedih ketika melihat anakku, Ya Allah tolong bantu kami menjaga
dia, beri kami rezeki dan kemampuan agar dia dapat sekolah dan hidup layak
seperti anak-anak lainnya, meski uang yang dipunya orangtuanya tak bisa
sepenuhnya untuk mengasuhnya.
Namun
seiring waktu kini aku mulai bisa menerima kenyataan ini, aku mencoba positif
thinking pada Allah, segala dera masalah dan penyakit yang kualami semua telah
ditakar sesuai dengan kemampuanku. Bila aku punya penyakit dan masalah
“aneh-aneh” dari sejak mula berumah tangga hingga kini 13 tahun mengarungi
biduk rumah tangga, mungkin Allah ingin agar aku mengoptimalkan potensi di dalam
diriku, bahwa sebenarnya aku bisa lebih bijaksana, lebih kuat, sabar dan tabah
menjalani hidupku. Ada
kekuatan besar dalam diriku yang belum termunculkan yang ingin diasah oleh
Allah agar aku menjadi pribadi yang kuat dan cemerlang bagai berlian. Mungkin
aku adalah seruas bambu yang harus dipisahkan dari rumpunnya, harus dipotong
kaki-kakinya dan dilubangi dadanya agar menjadi serunai yang bersuara merdu.
Bila menengok kembali ke masa lalu ku, ibarat
anak burung di usia belia aku sudah harus terbang meninggalkan sarang menaklukkan
kerasnya kehidupan membentuk rumah tangga baru bersama suamiku dan anakku yang
masih bayi,bertiga kami menyewa dan tinggal di belakang rumah orang yang dibuat
untuk kamar kontrakan, di tengah lautan kehidupan yang penuh gelombang masalah
aku harus mengalami sakit dan harus operasi tumor payudara yang pertama, berdua
suamiku dengan kondisi ekonomi pas-pasan dan tanpa dukungan dari orangtua kami
berjuang bersama. Selesai sampai di situ? Tidak. Ketika hidup sedikit lebih
baik aku kembali harus operasi tumor di payudara untuk kedua kalinya. Duh Gusti....
di perantauan kami berjuang, dengan ridhoMu lah akhirnya kami bisa melewati
segala pahit manis kehidupan ini.
Setelah
operasi yang kedua kalinya ini, aku merasa sehat-sehat saja dan tak pernah
menyangka ternyata tumor dan kista ini masih tetap “menyayangiku” hingga ia tak
jua mau pergi dariku sampai saat ini. Belajar dari pengalaman masa lalu karena
tindakan operasi yang tak tuntas, aku memutuskan untuk menjalani USG dulu untuk
memastikan berapa banyak benjolannya agar bila harus operasi lagi bisa diangkat
tuntas semua tumor dan kista ini. Aku memilih konsultasi di Rumah Sakit
Onkologi Surabaya di Perumahan Araya Galaksi Bumi Permai Surabaya. Hasilnya ada sekitar tujuh tumor
dan kista di kedua payudaraku, bibirku tersenyum ketika dokter memberitahukan
hasilnya tapi mataku tak bisa berdusta, aku sedih tentu saja. Dokter memintaku
untuk bersabar, semua ini ujian dari Tuhan dan menyarankan aku agar operasi
meski tak harus buru-buru, di sini bisa kata dokternya, berapa biayanya? 12
juta 200 ribu tanpa menginap, aku maklum karena ini rumah sakit swasta dan
spesialis.
Ya Allah…. Aku pilih menundanya sampai batas waktu yang tak kutahu
pasti kapan. Uang segitu amat besar buatku yang hanya pegawai negeri rendahan, dan
aku tak mau merepotkan ibuku dan membuatnya sedih, ku bilang pada dokternya aku
belum siap mental dan materi kalau harus operasi lagi, lalu dokter menyarankan
aku kembali 1 tahun lagi untuk memantau perkembangannya. Begitu seterusnya
hingga terakhir kali kedatanganku aku harus datang 6 bulan lagi. Setelah itu kulanjutkan lagi hidupku dan kucoba melupakan kegalauanku, aku tersenyum, aku tertawa dan bernyanyi menjalani hari-hariku, setiap teman yang bertanya bagaimana dengan sakitku? Ku jawab aku baik-baik saja, tidak ada masalah meski dalam hatiku was-was dan gelisah.
Kini
3 tahun sudah aku menundanya, namun kesiapan materi tak jua kunjung ku capai,
begitu banyak hal dalam hidupku yang menguras tabunganku, masalah demi masalah
menghampiri. Yah… hidup itu sendiri juga sudah masalah, jadi ya… jangan hidup
kalau nggak mau punya masalah begitu kata orang. Hingga kini doaku senantiasa
agar Allah memberikanku kesempatan untuk berikhtiar bagi kesembuhanku dari segala
penyakit ini, sebelum semua menjadi semakin buruk dan terlambat, semoga Allah
berkenan memberi kemudahan dan kelancaran bila aku harus bertaruh nyawa di meja
operasi lagi, semoga keluargaku dan orang-orang yang kusayangi tabah dan sabar
mendampingiku, dan mereka memaafkanku karena telah merepotkan mereka di
sepanjang masa kecil hingga dewasaku.
Yang
membuatku bangkit dan bersemangat kembali mengupayakan kesembuhanku adalah karena akhir-akhir
ini sudah 2 kali aku bermimpi didatangi Mbak Dewi teman terkasihku yang telah
mendahului kami semua menghadap sang pencipta, ia datang dan berterima kasih
padaku, aku tak tahu apa maksudnya, tapi bagiku ia seolah mengingatkanku bahwa
aku harus segera bertindak sebelum semua terlambat dan sia-sia. Karena dia
adalah salah satu korban keganasan dari kanker payudara yang tak mendapat
tindakan yang selayaknya bagi penyakit mematikan itu dan tidak segera ditangani
secara medis karena lebih memilih pengobatan alternatif. Lalu ketika kulihat anak semata wayang ku, aku benar-benar seperti mendapat dorongan yang kuat untuk sembuh, agar aku bisa mendampinginya hingga dewasa, dan mendidiknya. Agar aku bisa memberi kasih sayang kepadanya sebesar-besarnya dan kami punya banyak hal indah untuk dikenang bersama-sama.
Begitu
dahsyatnya dampak fisik, psikologis dan materi dari penyakit kanker ini bagi
kehidupan seorang manusia, khususnya kanker payudara maka rasanya wajib
hukumnya bagi wanita untuk SADARI ( memerikSA payuDAra sendiRI) sehingga bila
terasa ada keanehan pada payudaranya bisa segera diketahui.
Semoga
engkau bahagia di sana
ya mbak, semoga Allah menempatkanmu di tempat yang mulia disisiNya. Aamiin… Aamiin... Ya
Robbal alaamiin… We'll always love you…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar