Tulisan ini saya buat agar bisa
menjadi perhatian bagi para wanita agar SADARI ( sadar diri ? ) Bukan….
maksudnya adalah agar para wanita sejak dini melakukan pemerikSAan payuDAra
sendiRI, apa manfaatnya? Ya agar kita segera tahu bila ada kelainan atau
keanehan dengan bagian tubuh kita itu. Ini penting, mengingat sekarang ini
begitu banyak kasus kanker payudara yang sudah pada stadium lanjut sehingga terlambat untuk mendapatkan penanganan
dan berujung pada kematian. Hal
itu terjadi karena ketidaktahuan kita akan tanda- tanda yang diberikan
oleh tubuh kita atau ketakutan pada
diri wanita kalau dia divonis kanker oleh dokter. Vonis itu memang bagai kiamat
bagi wanita karena membawa begitu banyak hal akan berubah dari diri wanita baik
dari segi fisik maupun psikologis. Sulitnya pengobatan dan kebangkrutan
finansial adalah hal yang pertama membayangi, karena begitu panjangnya proses
pengobatan dan mahalnya obat untuk penyakit ini.
Saya adalah salah satu orang yang merasakan manfaat dari kegiatan SADARI
ini. Ceritanya, pada tahun 2001 ( saat itu usia saya 22 th. ) setelah saya melahirkan anak saya, saya
merasakan ketidaknyamanan di payudara sebelah kanan saat menyusui. Iseng-iseng
saya meraba dan saya mendapati ada benjolan sebesar ujung jempol, saya panik dan takut, terbayang oleh saya
penyakit kanker yang begitu menakutkan, pikiran saya tertuju pada anak saya
yang saat itu baru berumur 1 tahun
lebih. Bagaimana nasibnya bila saya sakit? Lalu saya ke dokter umum langganan
saya, beliau menyarankan saya untuk konsultasi ke dokter bedah. Singkatnya saya
lalu dioperasi untuk mengangkat benjolan tsb, setelah itu saya merasa nyaman dan berpikir bahwa semua tumor di payudara
saya sudah diangkat.
Namun ternyata saya keliru, tahun
2003 saya kembali menemukan tumor di payudara kiri dengan ukuran sama dengan
yang telah dioperasi dulu. Ya Alloh... Saya sedih dan merasa begitu banyakkah
dosa yang telah saya lakukan hingga saya harus mengalami lagi semua ini? Tapi
semua kesedihan itu saya abaikan, dengan semangat dan gagah berani tanpa banyak
pikir panjang saya pun naik meja operasi lagi, hasil lab menyatakan bahwa
benjolan itu FAM ( tumor jinak ), belakangan saya baru tahu bahwa saya tidak
sendiri. Ada begitu banyak wanita muda di bawah 30 tahun yang juga bernasib
sama seperti saya, bahkan ada yang punya lebih dari satu tumor dalam satu
payudara.
Kini, 6 tahun sudah semua itu berlalu apakah saya sudah terbebas dari tumor itu? Yang mengejutkan adalah.....
Ternyata TIDAK. Tahun 2009 lalu saya kembali memeriksa sendiri kedua payudara
saya, and do you know what? Ada benjolan lagi di payudara kanan dekat bekas
operasi tahun 2001, sedih pasti tapi tak sedalam dulu. Mungkin karena ini sudah
bukan yang pertama kalinya. Untuk meyakinkan kecurigaan tsb, saya mendatangi sebuah
klinik onkologi di Surabaya, saya melakukan USG mammae dan hasilnya ada
beberapa tumor di payudara kiri dan kanan bahkan ada pula kista kecil-kecil
yang jumlahnya juga tidak kalah banyak dari tumornya. Saya sedih dan menangis
namun berusaha ikhlas, mungkin
penyakit inilah yang akan membantu
mengurangi dosa-dosa saya dan salah satu cara Alloh menyayangi saya.
Lalu saya cari informasi banyak-banyak di internet dan memang ternyata FAM
punya kemungkinan akan terus muncul selama wanita masih dalam usia produktif,
selama hormon estrogen masih aktif. Kali ini saya menunda operasi, saya merasa
tidak siap mental juga materi. Ada begitu banyak hal yang menjadi pikiran saya,
saya pun harus menyisihkan waktu dan biaya agar bisa menjalani operasi kali ini.
Dan lagi usia saya sudah 30 tahun lebih, terkadang saya berharap ada keajaiban bahwa kista
dan tumor itu akan mengecil atau hilang dengan sendirinya. Saya pun mencari keajaiban itu dengan mencoba obat
herbal dan herbal cina dengan harga selangit yang banyak diiklankan di media
massa ataupun rekomendasi dari teman. Katanya banyak yang berhasil tapi
sepertinya keampuhannya tidak mempan untuk saya.
Kini doa saya senantiasa agar Alloh berkenan memilihkan waktu yang tepat
buat saya untuk berikhtiar medis bagi kesembuhan saya, memberi kekuatan,
ketabahan, keikhlasan, kesabaran, dan rasa syukur atas apapun yang terjadi dalam
hidup saya. Sebelum semuanya menjadi terlambat, saya tidak ingin berakhir
dengan tragis seperti teman saya yang saya sayangi yang akan saya ceritakan di
part II.