Sabtu, 07 Oktober 2017

Di lewat tiga dasawarsa perjalanan hidupku aku bertemu kamu dan dia

Kamu dan dia, dua pribadi yang sungguh berbeda

Jika di Ramadhan dua tahun lalu, Tuhan mempertemukan aku dengan "kamu" yang bergelimang materi, cenderung menuruti kata hati dan bergaya hidup bebas. Maka di lepas Ramadhan tahun ini, Tuhan mempertemukan aku dengan "dia", dia yang sederhana, dia yang harus menanggung beban derita hati dan pergulatan hidup yang membutuhkan kebesaran jiwa, dia yang tak punya apa-apa, bahkan semangat hidup pun seolah sudah tak ada di dirinya.

Bersama dia aku melihat sisi lain hidup manusia,yang tak selamanya berkawan dengan kebahagiaan dan sesuatu yang orang bilang keberuntungan. Dia yang sedang "jatuh" dalam masalah hidup yang rumit sebagai seorang manusia dewasa yang harus bertanggung jawab atas diri dan keluarga kecilnya yang terpaksa harus terberai karena ego manusia ( orang tua, pasangan dan diri nya sendiri ).

Dengan dia aku belajar untuk menjadi manusia yang sabar, penuh kasih dan penuh pengertian. Bahkan aku harus belajar berkorban untuk seseorang yang butuh pertolongan, meski tak pernah ku lihat dia secara nyata, meski tak pernah aku mengenal dia sebelumnya. Aku merasa, ketulusan ku sebagai manusia yang ingin membantunya di uji di sini, mengenal dia membawa ku bernostalgia lagi dengan masalah ekonomi yang bertahun lalu pernah ku alami. Betapa sulitnya hidup dalam kesulitan materi, meski uang bukan segalanya, tapi memang benar segalanya butuh uang. Hal yang sudah agak lama tak pernah lagi ku pikirkan dan ku rasakan, karena selama beberapa tahun belakangan ini aku tak pernah merasa kesulitan materi meski juga tak berlebihan atas apa yang kumiliki.

Tuhan...
Ketika pertama ku dengar segala kisahnya, hanya ada satu niat di hati ku : membantunya. Dengan apa yang aku bisa, dengan apa yang aku punya, tak pernah terlintas di hati ku niat yang lain. Semoga Engkau berkenan menjaga tulus niat ini, semoga Engkau berkenan memberi bimbingan Mu, kekuatan Mu, kemurahan hati Mu, agar dia mampu bangkit kembali dan menata hidupnya. Menciptakan sendiri bahagia yang di impikannya bersama orang-orang terkasihnya. Aku hanya ingin melihat dia sukses dan bahagia, semoga itu bukan lah keinginan yang berlebihan.

Tuhan...
Di setiap doa yang kupanjatkan untuk dia, semoga Engkau berkenan mengabulkannya, karena berdoa untuk kebaikan dan kebahagiaannya adalah caraku membantunya dan menyayanginya.


Catatan kecil di penghujung Februari
Untukmu Pa D. I. H.

NB : Sekarang semua tugasku tlah usai, tlah kau raih impian mu untuk berbahagia bersama keluarga kecilmu. Rupanya Tuhan tlah mengabulkan doa ku di penghujung Ramadhan lalu.
Selamat berbahagia... Pa.